Selamat Datang

Salam kenal untuk kamu.
selamat datang, mari saling mengisi, lalu terhanyut dalam diksi. Moumantay. :)

Wednesday, December 17, 2014

Review Film: The Hobbit: The Battles of the Five Armies

Setelah dua seri sebelumnya yaitu The Hobbit: The Unexpected Journey (2012) dan The Hobbit: The Desolation of Smaug (2013), di tahun 2014 ini, seri ketiganya yaitu The Hobbit: The Battle of the Five Armies telah di rilis ke seluruh penjuru dunia. Wow! Bukankah sebuah kalimat pembuka yang basi?!


Kali ini, seri yang diadaptasi dari novel karangan J.R.R Tolkien telah mencapai klimaksnya. Setelah perjalanan panjang dari Shire, Bilbo Baggins (Martin Freeman) si Hobbit -manusia pendek dengan ukuran kaki yang tidak porporsional serta banyak bulu di kakinya- bersama para Dwarf telah mencapai Gunung Erebor. Misi telah selesai, namun ternyata cerita belumlah usai (azeek!). Justru ada konflik baru yang muncul ketika mereka sampai di sana. Apa itu? Nonton!

Secara garis besar, The Hobbit: The Battle of the Five Armies adalah film yang fokus tentang perang besar antar makhluk dengan ras yang berbeda. Di pembukaan, Kita akan dibuat terkesima oleh epicnya perang antara penduduk Lake Town yang diwakili oleh tokoh Bard The Dragon Slayer (Luke Evans) melawan Smaug (Benedict Cumberbatch), naga laki – laki dengan kemarahan level wanita datang bulan.


Selanjutnya kita akan disuguhkan pertempuran jarak dekat penuh sentuhan magic antara Elves yang di pimpin oleh ibu suri Galadriel (Cate Blanchett) yang bersama Saruman (Christopher Lee) melawan Necromancer untuk membebaskan mbah – mbah sok kuat bernama Gandalf (Ian McKellen).


Pertarungan jarak dekat antara sang Raja Dwarf Thorin Oakenshield (Richard Armitage) melawan Pemimpin Orc bernama Azog (Manu Bennett) yang bengis dan licik juga tak kalah epic dengan lainnya. Pertarungan dengan semangat dendam dari zaman dahulu antara dua ras.


Dan yang paling epic di antara yang epic, tentu saja perang besar di medan tempur antara lima ras yang berbeda yaitu Dwarf, Human, Elves, Orc, dan Wizard yang muncul terakhir. Pertempuran  yang memperebutkan harta dan tahta tanpa wanita di Gunung Erebor. Pertempuran untuk me-reclaim kekuasaan atas seluruh benua. Sangat memanjakan mata karena bukan hanya tusuk, tebas, darah, dan mayat, tapi kita juga disuguhkan koreografi perang yang ciamik nan aduhai. Sangat menggambarkan sub judul dari film ini, The Battle of the Five Armies.


Apa? Anda bertanya dimana peran Hobbit? Sedikit! Pengaruh si Bilbo paling cuma 10% dari keseluruhan plot cerita. Jika peran tersebut diganti sama Saipul Jamil pun, tidak akan berpengaruh banyak sama jalan perangnya. Paling dia nyanyi – nyanyi dikit, terus elves merasa terganggu. Terus Saipul Jamil dipanah. Terus dia mati di tempat. Film habis. Penonton tertawa. Dewi Persik gak peduli. Saipul Jamil pun dicuekin. Kasian ya Saipul Jamil…  ckckck.

Oh maaf, jadi menyimpang. Mari lupakan sementara Saipul Jamil.

‘sungguh teganya dirimu, teganya, teganya, teganya,…’ terdengar nyanyian Saipul Jamil di kejauhan. Cuekin aja!

Bagi orang yang hanya sekedar nonton karena gaya – gayaan dan sok mengikuti trend di medsos tanpa tahu jalan cerita awalnya, kamu mungkin akan kebingungan dengan tampang bego sambil ngedumel, ‘kok ini bisa begini? kok itu bisa begitu? Tuhaaaan… kenapa ya gue jomblo?!’

Tapi, jika kamu sudah menonton kedua seri film The Hobbit sebelumnya dan menunggu jawaban atas beberapa pertanyaan… cie ciee nunggu jawaban nih ye! Kamu mungkin akan mendapatkannya walaupun tidak kesemuanya.

Bagi saya, sebetulnya ada pertanyaan yang tidak sempat terjawab di film ini. Bagaimana nasib pemegang terakhir Arkenstone? Apakah di menjadi raja? Apakah dia membuat batu tersebut sebagai mata cincin? Ataukah dia menjual batu tersebut ke Jatinegara? Tidak di beri tahu.

Overall, film ini memang menjadi pamungkas yang pas dari seri The Hobbit. Untuk yang belum menonton dua film pertamanya, niscaya tidak akan nyambung dengan ceritanya karena seri ketiga ini sangat terkait dengan kedua film tersebut. Segeralah manfaatkan teknologi juru selamat bernama Ganool atau Indowebster.

-Sekian-


No comments:

Post a Comment