Selamat Datang

Salam kenal untuk kamu.
selamat datang, mari saling mengisi, lalu terhanyut dalam diksi. Moumantay. :)

Friday, November 28, 2014

Ku Jelang Enam Delapan

Semalam, saya iseng buka buku kumpulan ide yang pernah saya buat. Entah ada angin apa, tiba – tiba pengen aja gitu buka buku berwarna hitam itu. Buku yang gak banyak orang tau karena isinya berupa kumpulan ide dan konsep personal. Buku yang selalu gue buka kalau tiba – tiba ada ilham dan kata – kata keren yang terlintas dalam kepala.

Isi dari buku itu beragam, mulai dari ide – ide kecil mengenai masalah organisasi, sampai ide – ide besar seperti beberapa premis dan outline novel fiksi. gegayaan yak? bodo amat. Buku itu juga media ketika saya ingin menulis puisi.

WHAT?! INDRA BISA BIKIN PUISI?

Memang gak banyak, tapi ada!

Halaman demi halaman yang bertanda "puisi" saya baca dengan sesekali tersenyum. “emang gue bisa ya bikin puisi?” pikir saya yang sering kali terlintas di otak. Ada beberapa puisi yang sedikit aneh, saya geli sendiri waktu bacanya. Ada juga puisi yang saya sendiri nggak percaya pernah buat yang seperti itu.

Sampailah saya di halaman terakhir dan saya baru ingat, ternyata sudah setahun lebih saya gak bikin puisi. puisi saya terakhir adalah tentang kemerdekaan Indonesia yang ke 68 tahun 2013. Dibuat (seperti biasa) setelah makan siang dimana saya bosan dengan kerjaan saya dan coba mengalihkan fokus ke kegiatan yang lain. Sok nasionalis ya saya? Bodo.


Puisi ini juga pernah saya posting di notes facebook. Tapi, berhubung menurut saya puisinya keren (iya, saya narsis) dan itung – itung sebagai postingan pendukung dalam kegiatan migrasi blog, maka saya akan kembali menulisinya disini.

Selamat menikmati dunia dalam diksi. J

========================================================

Kujelang Enam Delapan

Kujelang enam delapan
Kembali berdiri di tanah ibukota
Menghirup polusi udaranya
Bersentuhan dengan debu – debu jalannya
Mencuri lihat cemberut penghuninya
Tampaklah kota yang belum tuntas memenuhi angan kaum para urbannya.

Kujelang enam delapan
Melihat gedung pencakar langit menunjuk awan
Yang kadang menjadi lokasi bagi wisatawan
Juga simbol sentralisasi kebijakan
Tempat mengejar nafsu yang melebihi sandang, papan, dan pangan
Pertanyaannya, apa kabarnya pemerataan pembangunan?

Kujelang Enam Delapan
Lebih dari sekedar perhatian ke Ibukota
Apalagi sekedar kombinasi genap dua angka
Ini tentang umur suatu negara
Cerita tentang sebuah bangsa
Yang pendirinya menolak mati dan memilih MERDEKA!

Kujelang Enam Delapan
Dengan bangga yang entah rasa itu terlihat ada atau tiada
Mendengar sang jelata bergumam tentang penguasa
Melihat penguasa bersolek dandan ria di media
Bangga?
Wajarlah bila lebih ku bangga terhadap Ki Hajar Dewantara

Kujelang Enam Delapan
Melihat tragis nan miris terkikisnya Bhinneka Tunggal Ika
Konflik antar saudara
Senjatanya isu sara
Semua etnis dan golongan ingin juara
Ego dijunjung tinggi setinggi langit yang mengudara
Apa kabar Bhinneka? Apakah tetap Tunggal Ika?

Lalu,
Kujelang Enam Delapan
Mencoba melihat manis takdirnya
Biru pantai membentang di badannya
Hijau hutan menjadi payungnya
Tinggi gunung menjadi pasaknya
Flora Fauna adalah kekayaannya
Ragam budaya tetap pada kearifannya

Kujelang Enam Delapan
Teringat damainya meditasi di tengah edelweiss Surya Kencana
Menyusun kembali memori eksotika Sumbawa dari puncak Gunung Tambora
Dan
Terus memimpikan untuk sekali saja berdiri di ujung Jaya Wijaya

Kujelang Enam Delapan,
Memilih sadar bahwa negara ini masih bertumbuh kembang
Dan tanpa perlu menunggu si lalim tumbang
Mungkin belum sekarang, tapi Indonesia pasti kan terbang!

Kujelang Enam Delapan
Dengan berdoa padamu Ya Tuhan,
Buatlah negeri ini makmur di masa – masa depan

Amin…

Rawamangun, 13 Agustus 2013
Indra Maulana
Di kantor, sendirian, gak ada kerjaan.


No comments:

Post a Comment