Selamat Datang

Salam kenal untuk kamu.
selamat datang, mari saling mengisi, lalu terhanyut dalam diksi. Moumantay. :)

Monday, November 24, 2014

Mari Jelajahi Seisi Negeri.

Sulit rasanya menjauhi apa yang pernah kita lakukan, lalu kita mencintainya. Kegiatan yang belakangan saya tahu, saya mengenalnya bahkan sejak bangku Sekolah Dasar. Tidak sengaja karena hanya mengikuti Ibu dan Alm Bapak, tapi terlihat dari foto, jelas saya menikmatinya. Usut punya usut, ternyata kebiasaan orang tua ini menurun ke kedua anaknya. Ya, saya dan adik saya “keracunan” kegiatan ini.

Travelling.

Kegiatan yang saat ini menjadi gaya hidup bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Semua terobsesi dengan travelling baik ke dalam maupun luar negeri. Tak peduli  umur dan berapa tingkat penghasilan mereka, semua sibuk merencanakan akan pergi kemana di  bulan – bulan depan.

Sejujurnya, hal itu yang membuat saya agak malas akhir – akhir ini untuk kembali pergi berkelana mencium udara wangi semesta luar Jakarta. Pergi  bersama orang – orang yang melakukan kegiatan ini hanya karena lifestyle, prestige, atau untuk sekedar pamer foto di media sosial. Saya bahkan berfikir akan gantung ransel saja, mencoba menjalani dan menikmati hidup sebagai seorang karyawan dari masyarakat Indonesia golongan kelas menengah ngehe.

Tapi apa daya, pagi ini semesta seperti sedang bercanda dan menggoda.

Seperti biasa, setiap pagi saya awali kegiatan dengan membaca web portal berita. Beberapa web seperti detik.com, okezone.com, dan kompas.com biasa menjadi cemilan dipagi hari. Ada satu judul menarik yang tertangkap mata saya di kompas.com. judulnya “Kelak Nak, Kau Mesti Jelajahi Seisi Negeri.”

Tanpa sadar, saya otomatis meng-klik judul tersebut.

==================================================

Kelak Nak, Kau Mesti Jelajahi Seisi Negeri

Di Aceh, kau bisa menikmati tari seudati dan berteguk – teguk kopi. Lalu pada sepanjang bukit barisan, banyak kau jumpai ngarai dan danau. Dan pantainya nak, ada satu yang tak pernah ayah lupa, adalah Tanjung Tinggi di pulau Belitung yang indahnya serupa lukisan.

Jika sampai ke tanah jawa, singgahlah dulu ke pantai Bayah yang dipenuhi batu – batu alam nan elok. O ya nak, tak jauh dari situ, bisa pula kau jumpai saudara – saudara kita suku Baduy yang masih erat menjaga tradisi kakek moyang kita yang mulia.

Engkau telah berdiri di tatar Pasundan, nak. Bukalah mata, telinga, dan hatimu, untuk menikmati bunyi angklung, dengung, dan lekuk-liku suara penyanyinya yang memabukkan. Terus berjalan ke timur nak, maka akan kau jumpai borobudur, prambanan, suara gamelan, dan sejumlah tari – tarian yang penuh kelembutan.

O ya, nak. Jangan lupa, mampirlah sebentar ke Kecamatan Sukolilo, disana ada saudara – saudara kita warga Sedulur Sikep yang lebih dikenal sebagai “Orang Samin”. Mereka itulah nak yang pernah membuat malu hati ayah, lantaran mereka yang oleh negara “didakwa” tak punya agama, nyatanya lebih agamis dalam menjalani kehidupannya.

Terus berjalan ke timur, nak. Akan kau jumpai gunung – gunung cantik, reog ponorogo, karapan sapi, dan tentu saja ludruk yang sarat ujar – ujar. Jika sempat, naiklah kapal ke utara, di bumi borneo mungkin saja masih kau temui hutan raya yang dulu dibabati para pemegang hph. Tapi ayah yakin, disana kau masih bisa menyaksikan upacara suku dayak, orang utan, dan anggrek aneka rupa.

Ayah lupa nak, kau perlu juga menjenguk kenangan masa kecil saat kau bersama ayah mengelilingi pulau Bali. Ya, ya… pantai Kuta, Sanur, Tanah Lot, Bedugul, Tari Janger, Trunyan, dan tentu pula Tari Legong yang sudah menyebar ke negara manca.

Teruslah berjalan nak, terus ke timur. Ke tanah yang kurang diperhatikan orang – orang Jakarta yang lebih mabuk kuasa ketimbang mengangkat derajat saudara – saudara kita di bagian timur negeri. Wayang sasak, komodo, upacara nyalamak di laut, perburuan paus, upacara nyale, adalah keindahan yang ditawarkan oleh tanah ini.

Teruslah melangkah, nak. Sulawesi, ya, itu negerimu juga. Ayah pernah hinggap ke pantai bira, bulukumba tempat para petualang membangun kapal – kapal phinisi. Ya, teruslah melaju ke timur negeri, hingga ke papua untuk menyantap keindahan raja ampat, hutan – hutan perawan, serta aneka tumbuhan berkhasiat.


Sungguh nak, ini semua milik kita. Jika sebagian di antaranya telah tergadai para pemodal asing, jangan ragu, rebut kembali dari tangan mereka. Sebab semua yang kau punya, adalah hak dan juga takdirmu sebagai penghuni negeri ini. Sungguh, nak, kami dan juga pemimpin – pemimpin kami, pernah tak berdaya justru karena katamakan kami yang telah melalap mentah – mentah uang utang tanpa pernah ingat bahwa kami juga memiliki engkau, anak keturunan kami.


No comments:

Post a Comment