Mau review buku gratisan ah. Buku hasil dari iseng - iseng ikut lomba creative writing challenge sabtu kemarin di Goodreads Festival 2014.
Ngubek – Ngubek Jakarte. (harus pake e, harus!)
Sebelumnya, Apakah kamu tahu buku terkenal yang berjudul Jakarta
Undercover buatannya Moammar Emka? Buku yang bercerita tentang Kota Jakarta
dari sisi yang “berbeda”. Apa? Kamu tidak suka baca buku? Lalu, apa gunanya
kamu hidup di dunia ini, hah?!
Gini aja,
Seperti yang gue tulis tadi, Buku Jakarta Uncercover
menceritakan tentang Jakarta dari sisi yang “berbeda” maka, bolehlah saya
bilang buku Ngubek – Ngubek Jakarte ini banyak bercerita tentang “cover”nya
Jakarta yang tampak mata. Kondisi dan penampakan di atas tanahnya ibukota.
Observasi lingkungan sekitarlah, pokoknya.
Buku yang diterbitkan oleh penerbit Bukune ini ditulis oleh
Cai @Caiaja. Walapun namanya Cai, bukan berarti dia terbuat dari air, masih
manusia yang punya hidung dan bokong kok. Gue cuma kenal tampang sih, dan pernah ikut ngeramein ketika dia
perform akustik sekaligus soft launching buku Ngubek – Ngubek Jakarte di boothnya
Gagasmedia Group di Festival Pembaca Indonesia (Goodreads Festival). Menurut
keterangan yang dibuku, Cai takut cicak, gak tau sih kalo buntutnya, kan bisa
lepas sendiri tuh, siapa tau malah di gulai. Cita – citanya punya indekos tiga
lantai, mungkin Cai berprinsip cita – cita setinggi tiga lantai lebih realistis
daripada setinggi langit.
Bukunya gak terlalu berat. sepertinya sih, lebih berat beban
hidup kamu. Enak dibaca dan gampang dicerna, dan yang terpenting, tidak
mengandung santan. Oh maaf, pengaruh saya lapar pada saat menulis mungkin.
Jadi,
Apakah kamu tahu asal nama daerah cawang? Di buku ini ada.
Atau, apakah kamu tahu lambang DKI Jakarta ternyata bukan
monas? Di buku ini di kasih tau.
Atau, percayakah kamu kalau ternyata bumi itu datar? Musyrik
kamu! Udah musyrik, gesrek pula!
Banyak hal yang bisa kita tahu tentang Jakarta
dari buku ini. Mulai dari banyaknya penamaan hingga akhirnya menjadi DKI
Jakarta, sampai dengan patung – patung yang ternyata ada nama resminya. Menceritakan
juga banyaknya jenis transportasi di Jakarta, sampai dengan jenis ragam
masyarakatnya. Kondisi musiman kota Jakarta pun dibahas di buku ini dan
bagaimana cara “survive”nya.
Sebetulnya, yang tersaji di buku ini bisa dilihat di
sekeliling kita semua. Namun menurut saya, Cai berhasil memberikan penjelasan
tentang Jakarta dengan sistematis lewat bahasa yang enak walau tidak mengandung
santan, loh kok balik lagi. Oke, oke, maaf.
Awalnya, saya berfikir, apa ya motivasi Cai menulis buku
tentang Jakarta yang semua orang bisa lihat, apakah hanya kekurangan kerjaan dan
kelebihan energi lalu iseng menulis? Atau habis keserempet angkot lalu tiba –
tiba dapat ide? Atau cintanya habis di tolak oleh abang – abang penjual arum
manis di pasar malam karena kalah manis oleh barang dagangannya, lalu galau,
lalu nulis? Entah. Satu hal yang pasti, buku ini lucu!
No comments:
Post a Comment